Membuka Pintu Inovasi : Workshop EJIES 2025 Bangkalan Menjadi Ajang Transformasi Pendidikan

vokasiana.com - suara inspirasi. Pagi ini, langit Bangkalan tidak terlalu cerah. Tapi suasana di Aula SMKN 2 Bangkalan justru sebaliknya: terang, hangat, dan penuh semangat. Rabu, 8 Mei 2025, tepat pukul 08.00 WIB, aula sederhana itu menjadi saksi berkumpulnya para pemimpi: kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan dari berbagai SMK negeri dan swasta di wilayah Bangkalan.

Mereka bukan sedang duduk menunggu rapat rutin. Bukan pula mendengar pengumuman rotasi jabatan. Mereka datang membawa niat dan harapan—untuk mencipta. Ya, mencipta gagasan yang kelak bisa mengubah cara belajar dan mengajar di ruang-ruang kelas, yang semakin hari semakin dituntut untuk lincah menghadapi era digital.

Kegiatan ini bernama: Workshop Penyusunan Karya Inovasi EJIES 2025. Sebuah ajang yang digagas Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur bersama Jawa Pos dalam tajuk besar East Java Innovative Education Summit (EJIES).

Bangkalan—yang biasanya hanya dikenal lewat jembatan Suramadu—pagi itu menjadi panggung kecil bagi ide-ide besar pendidikan masa depan.

Ibu Pinky Hidayati Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Bangkalan, membuka kegiatan dengan semangat yang menular. Tidak hanya karena beliau satu-satunya perempuan di depan barisan lelaki berkemeja rapi hari itu. Tapi karena kata-katanya seperti disematkan bahan bakar bagi semua yang hadir.

“EJIES ini adalah panggung kita,” ujarnya lantang. “Semua kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan wajib punya inovasi. Bukan sekadar ikut-ikutan. Tapi sungguh-sungguh berpartisipasi dan mengimplementasikannya di sekolah masing-masing.”

Kalimat itu disambut riuh tepuk tangan. Dalam gaya khas Madura yang tidak suka basa-basi, tepuk tangan itu bukan basa-basi pula. Tanda bahwa peserta mendengar dan menerima tantangan itu dengan hati terbuka.

Menurut Bu Pinky, EJIES bukan semata lomba atau ajang pamer. Ini adalah forum intelektual yang membebaskan para pendidik untuk berpikir liar tapi relevan. “Kita perlu cara baru untuk mengemas pembelajaran yang lebih kreatif. Inovasi itu bukan milik perusahaan startup saja,” ujarnya sambil tersenyum.

Tiga tokoh pendidikan hadir sebagai pemantik semangat : Ibu Pinky sendiri, lalu Bapak Adi Suruanto, M.Si, dari Kasi SMK, dan Yustinus  Budi Setyanta, M.Pd, sang penggerak inovasi yang dikenal dengan gaya presentasi “semangat 45-nya.”

Pak Yustinus  tampil memukau dengan Batik Hijau dan balutan warna coklat yang mencolok. Dengan gaya bicara teatrikal, ia mengatakan, “Sekolah harus menjadi tempat lahirnya ide, bukan tempat matinya gagasan.”

Bukan tanpa alasan kata-katanya begitu menggugah dan beberapa kali menjadi juara 1 dalam lomba sejenis ejies dan  Ia paham, di tangan guru dan kepala sekolah, masa depan bisa dibentuk—bukan ditunggu.

Di tengah sesi, para peserta—yang sebelumnya duduk rapi—mulai tampak seperti tim kreatif di ruang brainstorming. Ada yang mencatat di laptop. Ada yang menggambar mindmap. Ada pula yang sibuk berdiskusi sambil membuka dokumen di ponsel.

Seorang peserta  tampak bertanya tentang inovasinya  sistem membaca Alquran secara digitalisasi agar lebih mudah dalam pembelajaran Alquran. Yang lain bertanya tentang pembuatan judul yang menarik. “Kami ingin anak-anak senang belajar, bukan terpaksa,” kata seorang guru dari SMK swasta di Bangkalan.

Sebagian besar peserta mengakui: selama ini inovasi hanya menjadi wacana di rak buku. EJIES adalah momen mereka keluar dari kotak—secara harfiah dan kiasan.

Menjelang siang, udara aula mulai hangat. Tapi tak satu pun peserta meninggalkan tempat duduk. Mereka tahu, hari ini bukan sembarang hari. Di depan mereka bukan hanya pembicara, tetapi juga peluang untuk membuat perubahan nyata. Workshop ini bukan acara seremonial biasa. Ini adalah pertemuan hati-hati yang gelisah dan pikiran-pikiran yang ingin meledak.

Seorang kepala sekolah dari SMKN 3 Bangkalan Bapak Sujadi bahkan menyebut EJIES sebagai “oase di tengah padang administrasi.”

“Saya sudah lama ingin membuat pembelajaran berbasis proyek komunitas. Tapi tidak tahu harus mulai dari mana. Hari ini, saya tahu,” katanya sambil mengangkat selembar kertas ide prototipe.

Di luar aula, daun-daun mulai berguguran oleh angin siang. Tapi di dalam aula, ratusan ide sedang tumbuh. Di Bangkalan, hari itu, bukan hanya pelajaran yang diajarkan. Tapi juga harapan.

Jika semua guru dan kepala sekolah benar-benar membawa pulang dan menghidupkan kembali inovasi yang disusun hari ini, maka bisa jadi: masa depan pendidikan Jawa Timur sedang ditulis di sebuah aula kecil, di ujung Madura.

Posting Komentar untuk "Membuka Pintu Inovasi : Workshop EJIES 2025 Bangkalan Menjadi Ajang Transformasi Pendidikan"

Skillpedia