Tawa Merdeka Dharma Wanita Persatuan Cabdindik Sampang : Ketika Botol, Paku, dan Geddeng Menyatukan Hati

Vokasiana.com - Suara Inspirasi. Pagi ini Kamis, tgl 7 Agustus 2025 Sampang terasa lebih hidup. Tapi bukan karena bising kendaraan, bukan pula karena demo atau pesta pejabat. Melainkan karena tawa. Tawa ibu-ibu. Tawa yang lepas, bebas, dan nyaring. Seperti sedang membuktikan bahwa delapan puluh tahun kemerdekaan Indonesia bukan hanya milik pemimpin, militer, atau kaum lelaki. Tapi juga milik mereka—para istri, para ibu, yang selama ini jadi tiang sunyi di balik setiap kemajuan sekolah dan rumah tangga.

Lapangan Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kabupaten Sampang berubah wajah. Biasanya selalu  formal, hari itu menjadi arena tawa dan peluh Dharma Wanita Persatuan. Perempuan-perempuan dari SMA, SMK, dan SLB Negeri se-Kabupaten Sampang berkumpul. Tidak membawa map. Tidak bicara kurikulum. Tapi memakai sepatu olahraga, kerudung yang diikat rapi, dan semangat merdeka yang tak kalah dengan para atlet.

Lombanya sederhana. Bola voli, lari nyo'on geddeng, dan memasukkan paku ke dalam botol. Tapi jangan salah. Ini bukan sekadar lomba-lomba Agustusan yang biasa Anda lihat di gang sempit perumahan. Ini soal harga diri. Ini soal menunjukkan bahwa ibu-ibu juga bisa serius bersaing. Bahwa tertawa bukan berarti main-main. Bahwa berkeringat juga bisa anggun.

Suasana memanas sejak pagi. Sorak-sorai terdengar bersahutan. Tim voli dari salah satu SMK tampil garang. Pukulan smash-nya nyaris seperti pemain pro. Hanya saja, kadang-kadang mereka lupa rotasi, lalu tertawa bareng sebelum bola diservis lagi. Inilah yang tidak dimiliki oleh pertandingan resmi: kebebasan untuk salah dan tertawa bersama.

Di sisi lain, lomba lari geddeng lebih menyerupai pertunjukan komedi. Lari sambil bergoyang seperti penari kuda lumping, beberapa peserta bahkan menambahkan aksesoris lucu di pinggangnya. Dan para penonton? Tak henti tertawa sampai perut sakit.

Namun puncak keriaan adalah lomba memasukkan paku ke dalam botol. Anda mungkin mengira itu lomba anak-anak. Tapi lihatlah ibu-ibu itu. Dengan serius mereka menatap paku yang tergantung di tali. Mengatur napas. Membidik. Lalu jongkok pelan-pelan sambil menjaga keseimbangan. Ada yang berhasil sekali coba. Tapi lebih banyak yang gagal, lalu tertawa malu-malu sambil memukul pelan tangan sendiri.

Di tengah semua itu, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Sampang berdiri dengan wajah sumringah. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan harapannya agar kegiatan ini bukan hanya seremonial. Tapi sungguh-sungguh menjadi ajang mempererat silaturrahmi antaranggota Dharma Wanita.

“Kegiatan seperti ini bukan cuma merayakan ulang tahun kemerdekaan. Tapi juga merayakan kita. Merayakan kebersamaan. Merayakan tawa. Dan itulah kemerdekaan sejati,” katanya, di hadapan ratusan peserta dan tamu undangan.

Acara dibuka secara resmi oleh Ketua Dharma Wanita Persatuan Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Sampang, Ibu Kustiatun Masudi. Beliau tampil sederhana, tapi penuh karisma. Dengan semangat, ia menyampaikan betapa pentingnya ruang-ruang seperti ini bagi ibu-ibu yang selama ini terlalu sering berada di balik layar.

“Kita mungkin bukan pemimpin di kantor. Tapi kita adalah pemimpin di rumah. Dan hari ini, kita juga pemimpin di lapangan,” ujarnya, disambut tepuk tangan meriah.

Menjelang siang, matahari mulai terik. Keringat mengucur. Tapi tak ada yang pulang. Mereka bertahan. Ada yang masih bermain. Ada yang sibuk menyiapkan makanan. Ada pula yang duduk berkerumun, bercerita tentang masa muda, tentang anak, tentang resep kue yang viral di TikTok. Semuanya larut dalam kehangatan.

Sampang hari itu bukan tentang lomba. Tapi tentang mereka yang hadir. Tentang bagaimana ibu-ibu melepas sejenak beban rumah dan tugas administrasi. Tentang bagaimana perayaan kemerdekaan bisa sangat sederhana, tapi begitu bermakna.

Dan mungkin, di situlah letak makna dari peringatan HUT RI ke-80 ini. Bahwa kemerdekaan tak harus selalu soal protokol. Kadang, cukup dengan seutas tali, sebatang paku, dan satu botol kecil—serta tawa yang tulus dari hati yang merdeka.

Posting Komentar untuk "Tawa Merdeka Dharma Wanita Persatuan Cabdindik Sampang : Ketika Botol, Paku, dan Geddeng Menyatukan Hati"

Skillpedia